dunia biker

Honda dan Yamaha Siapkan Motor 250 cc
Kehadiran Kawasaki Ninja 250 cc menunjukkan pengendara roda dua sudah rindu akan sport rasa moge. Baru berjalan tiga bulan sejak launching, kini sudah 400 unit sampai ke tangan konsumen. Daya tarik tinggi pada Kawak ini, bukan Cuma lantaran dapur pacu seperempat liter dan dua silindernya. Desainnya mengadopsi moge sekelas Kawasaki ZX-6R dan ZX-1000.

“Indonesia pasar potensial. Motor seperti ini cocok dengan kondisi jalan dan karakter orang sini,” jelas Toshio Hyugo, Head Asian Marketing PT Kawasaki Heavy Industry, Jepang.

Sejujurnya, pembuka jalan motor berkapasitas di atas 200 cc adalah Suzuki dengan Thunder 250 yang dilansir menjelang tahun 2000. Sayang, usianya nggak lama dan posisinya diganti Thunder 125 cc pada 2004 lalu. Peralihan ini disadari oleh PT Indomobil Niaga International (IMNI) karena konsumen roda dua lebih doyan jenis sport ber cc kecil.

Suzuki Thunder 250 cc mengandalkan bodi murni sport kota dan distop bukan karena tidak mencapai target. Tapi, bikers tanah air menginginkan lebih. Nggak sekadar dapur pacunya yang seperempat liter. “Desain bodi mesti mewakili CC besar, tapi mesin mudah dikendalikan,” tegas Hyugo.

Contohnya, Ninja 250 cc yang berharga Rp 55 juta menjelang Agustus, laku bak kacang goreng lantaran bodywork moge sejati, tapi rasa sport kota. Dan putaran mesin halus saat akselerasi. Seandainya bicara harga bisa jadi akan lebih rendah kalau hanyamengandalkan teknologi mesin.

Dari pengalaman itu, Honda sudah siap mengambil ancang-ancang dengan senjata barunya. Konon, September mendatang akan melemparkan motor sport 250 cc. “Pasar 250 cc memang ada, tapi nggak sebesar sportr dengan kapasitas mesin di bawahnya. Honda akan menjual 250 cc, mungkin dengan CBU,” tegas Johannes Loman, Direktur marketing PT Astra Honda Motor (AHM). Kalau diterka-terka, AHM sepertinya akan memasukkan Honda Twister. Mesinnya berteknologi DOHC dan sudah banyak dipakai di Eropa dan Singapura.

Yamaha rupanya juga sudah mempersiapkan diri. Kabarnya, PT YMKI akan menembakkan Fazer 250 ke pasar Indonesia dan sedang diuji kelayakannya. Fazer ini akan melengkapi dominasi pabrikan garputala yang telah memiliki dua motor sport, V-ixion dan Scorpio.

Sang pioner, PT IMNI tampaknya semangat kembali untuk menghidupkan legenda Thunder 250. Malah, infonya mesin Thunder bergaya cruiser. Menngingat varian FXR150 sempat merebut hati konsumen, kemungkinan hadirnya Suzuki GS250F, gabungan Suzuki Bandit plus fairing GSX-R.




< Jangan Buang Uang dengan Memanaskan Mesin Lama-lama

Dengan perkembangan teknologi, cara menghidupkan mesin pada keadaan dingin makin gampang. Tidak perlu lagi dicuk karena mekanisme yang namanya "cuk" tidak ada lagi. Cuk hanya pada mesin atau mobil-mobil "jadul". Juga tidak perlu kaki di pedal gas ketika akan menghidupkan mesin.

Duduklah di belakang setir. Putarlah kunci kontak ke posisi "start" (bila menggunakan tombol, tekan tombol). Mesin yang normal akan langsung, "Jreeeng...."

Kalau dihidupkan dari kondisi dingin—di pagi hari—putaran mesin di atas 1.000 rpm. Untuk mesin kecil, misalnya 1.300 cc, antara 1.100 dan 1.200 rpm. Setelah itu, beberapa puluh detik kemudian, turun dengan sendirinya ke kondisi stasioner normal (langsam), di bawah 1.000 rpm.

Waktu pemanasan mesin memang masih ada, tetapi makin singkat. Paling lama satu menit. Setelah itu, kendaraan bisa digeber. Kalaupun putaran belum kembali ke posisi stasioner, mobil sudah bisa dijalankan.
Disemprot. Itulah kehebatan mesin masa kini. Kebutuhan bahan bakar tidak lagi disedot, tetapi disemprot. Waktu pemanasan dan putaran mesin diatur oleh komputer yang mendapatkan informasi dari berbagai sensor.

Komputer mengatur kerja mesin. Kalau suhu mesin tidak terlalu dingin, tidak perlu pemanasan lama-lama. Dengan cara ini, selain membuat konsumsi bahan bakar pada mesin makin irit, juga mengurangi pencemaran lingkungan.

Pada teknologi injeksi atau semprotan bahan bakar terkini, bensin langsung disemprotkan ke ruang bakar. Waktu pemanasannya pun makin cepat!
Faktor oli. Oli juga menentukan lamanya mesin dipanaskan. Begitu juga ketika distart. Oli berkualitas bagus dan viskositasnya rendah, misalnya sudah masuk kategori “energy conserving”, membuat mesin lebih gampang dihidupkan. Pasalnya, hambatan yang ditimbulkan oli lebih rendah.

Namun, kalau olinya kental atau viskositasnya tinggi, tentu saja dibutuhkan tenaga lebih besar untuk melawannya. Hal ini juga memengaruhi lamanya mesin dipanaskan.

Jadi, di pagi hari, jangan membiarkan mesin stasioner dalam waktu lama. Juga jangan menekan pedal gas agar putaran lebih tinggi dan mesin cepat. Itu berarti membuang uang percuma dan ikut memperburuk lingkungan.

Kalaupun Anda ragu, sebaiknya baca buku petunjuk pemilik. Manfaatkanlah kecanggihan teknologi masa kini! Tidak hanya mesin, tetapi juga olinya!

sumber : http://paridzrocknroll.blogspot.com/2009/08/dunia-bikers.html

0 komentar:

Posting Komentar