MAKROSKOPIS URINE
A. Volume Urine
v Pemeriksaan Volume Urine dapat menggunakan sampel urine :
Ø Urine 24 Jam
Ø Urine Sewaktu
Ø Urine siang 12 Jam
Ø Urine Malam 12 Jam
v Factor – factor yang menyebabkan hasil palsu :
Positive palsu
Jika didapat kan hasil analisa volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka ada kecurigaan adanya factor yang mempengaruhi hasil positive palsu antara lain :
Ø Memasukan cairan yang berlebihan
Ø Nervositas
Ø minuman yang mempunyai efek diuretika
Ø Diabetes insipidus
Ø Hipertensi
Hal tersebut menyebabkan hasil positive palsu dikarenaklan memacu produksi urine berlebih.
Negative Palsu
Jika didapat kan hasil analisa volume urin selama 24 jam kurang dari 300--750 ml maka ada kecurigaan adanya factor yang mempengaruhi hasil negative palsu antara lain :
Ø Diarrhea
Ø muntah –muntah
Ø deman edema
Ø nefritis menahun
Ø hock dan kegagalan ginjal.
Hal tersebut menyebabkan hasil negative palsu dikarenaklan menyebabkan berkurangnya produksi urine.
B. Pemeriksaan Warna Urine
Pemeriksaan warna urine di baca pada penebalan 7-10 cm
Hasil analisa warna urine :
1. Hijau
Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan (indoxilsulfat).
Pengaruh obat-obat: methyleneblue, evan's blue.
Indikasi penyakit: obstruksi (penyumbatan usus kecil).
Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan (indoxilsulfat).
Pengaruh obat-obat: methyleneblue, evan's blue.
Indikasi penyakit: obstruksi (penyumbatan usus kecil).
2. Kuning
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin, urochrom.
Zat warna abnormal: bilirubin.
Pengaruh obat-obat: santonin, riboflavin, atau pengaruh permen.
Indikasi penyakit: tidak ada (normal).
Zat warna abnormal: bilirubin.
Pengaruh obat-obat: santonin, riboflavin, atau pengaruh permen.
Indikasi penyakit: tidak ada (normal).
3. Merah
Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin.
Zat warna abnormal: hemoglobin, porfirin, porfobilin.
Pengaruh obat-obat: santonin, amidopyrin, congored, atau juga zat warna makanan.
Indikasi penyakit: glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal), kanker kandung kencing.
Zat warna normal dalam jumlah besar: uroerythrin.
Zat warna abnormal: hemoglobin, porfirin, porfobilin.
Pengaruh obat-obat: santonin, amidopyrin, congored, atau juga zat warna makanan.
Indikasi penyakit: glomerulonevitis nefitit akut (penyakit ginjal), kanker kandung kencing.
4. Cokelat
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin.
Zat warna abnormal: bilirubin, hematin, porfobilin.
Indikasi penyakit: hepatitis.
Zat warna normal dalam jumlah besar: urobilin.
Zat warna abnormal: bilirubin, hematin, porfobilin.
Indikasi penyakit: hepatitis.
5. Cokelat tua atau hitam
Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan.
Zat warna abnormal: darah tua, alkapton, melamin.
Pengaruh obat-obat: derivat fenol, argyrol.
Indikasi penyakit: sindroma nefrotika (penyakit ginjal).
Zat warna normal dalam jumlah besar: indikan.
Zat warna abnormal: darah tua, alkapton, melamin.
Pengaruh obat-obat: derivat fenol, argyrol.
Indikasi penyakit: sindroma nefrotika (penyakit ginjal).
6. Serupa susu
Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat, urat.
Zat warna abnormal: pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein yang membeku.
Indikasi penyakit: infeksi saluran kencing, kebocoran kelenjar limfa.
Zat warna normal dalam jumlah besar: fosfat, urat.
Zat warna abnormal: pus, getah prostat, chylus, zat-zat lemak, bakteri-bakteri, protein yang membeku.
Indikasi penyakit: infeksi saluran kencing, kebocoran kelenjar limfa.
C. Kejernihan Urine
Urine yang digunakan : pada pemeriksaan ini urine yang digunakan adalah urine urine sewktu, (urine segar)
Alasan : sebab pada urine tersebut belum mengalami oksidasi oleh bakteri.
Penyebab hasil positive palsu :
Kekeruhan dari awal
Ø Fosfat amorf dan karbonat dalam jumlah besar ( kemungkinan terjadi setelah pasien makan )
Ø Adanya bakteri ( adanya bakteri dalam sampel mengoksidasi sampel sehingga menyebabkan kekeruhan )
Ø Unsur-unsur sedimen dalam jumlah besar ( erytrosit, leukosit, sel epitel)
Ø Chylus dan lemak ( kekeruhan yang disebabkan oleh butir-butir lemak / lipiduria )
Ø Benda-benda koloid
Kekeruhan setelah didiamkan
Ø Urat-urat amorf terbentuk dalam urine asam dan dingin ( terbentuk pada urine asam dan dingin, dan akan hilang setelah urine di panasi )
Ø Fosfat amorf dan karbonat ( terbentuk pada urine lindi, dan akan hilang bila urine di asamkan dengan pembentukan gas co2 )
Ø Ada bakteri ( selain berasal dari sampel , bakteri juga berasal dari botol penampung, bakteri melakukan perkembangbiakan sehingga megoksidasi komponen-komponen urine sehingga menyebabkan kekeruhan)
Ø Adanya nubecula
Menyebabkan hasil positive palsu Karena mengakibatkan kekeruhan pada sampel
D. Pemeriksaan pH urine
Urine yang digunakan : pada pemeriksaan ini urine yang digunakan adalah urine sewaktu (urine segar).
Alasan : sebab pada urine tersebut urine belum dirombak menjadi ammonia, urine normal mempunyai pH 4,6 - 8
Factor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan :
Ø Pemberian obat
o Pemberian obat batu karbonat atau kalsium fosfat urin dipertahankan asam
o sedangkan untuk mencegah terbentuknya batu urat atau oksalat pH urin sebaiknya dipertahankan basa.
Ø Diit makanan
Ø Pemasukan makanan
Ø Kondisi patologis
o Pada infeksi oleh Escherichia coli biasanya urin bereaksi asam
o sedangkan pada infeksi dengan kuman Proteus yang dapat merombak ureum menjadi amoniak akan menyebabkan urin bersifat basa
Ø selain itu pH basa disebabkan oleh : setelah makan vegetarian, alkalosis sistemik, ISK, terapi alkalinisasi, asisdosis tubulus ginjal, specimen basi
Ø dan pH asam dipengaruhi oleh : ketosis ( diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak ), asidosis sistemik, terapi pengasaman.
E. Pemeriksaan Busa
Urine yang digunakan : pada pemeriksaan ini urine yang digunakan adalah urine sewaktu (urine segar).
Alasan : sebab pada urine tersebut protein dengan kadar yang cukup banyak akan menimbulkan buih putih yang cukup bertahan lama dan billirubin dapat menimbulkan buih berwarna kuning dan tidak segera hilang.
F. Pemeriksaan Berat Jenis Urine
Pemeriksaan berat jenis urin bertalian dengan faal pemekatan ginjal, dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu dengan memakai falling drop, gravimetri, menggunakan pikno meter, refraktometer dan reagens 'pita'. Berat jenis urin sewaktu pada orang normal antara 1,003 -- 1,030. Berat jenis urin herhubungan erat dengan diuresa, makin besar diuresa makin rendah berat jenisnya dan sebaliknya. Makin pekat urin makin tinggi berat jenisnya, jadi berat jenis bertalian dengan faal pemekat ginjal. Urin sewaktu yang mempunyai berat jenis 1,020 atau lebih, menunjukkan bahwa faal pemekat ginjal baik. Keadaan ini dapat dijumpai pada penderita dengan demam dan dehidrasi. Sedangkan berat jenis urin kurang dari 1,009 dapat disebabkan oleh intake cairan yang berlebihan, hipotermi, alkalosis dan kegagalan ginjal yang menahun.
G. Pemeriksaan Bau urine
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.
BAB II
MIKROSKOPIS URINE
Pemeriksaan mikroskopis urine dapat menggunakan metode natif, metode pengecatan dan metode carik celup, Urin yang dipakai ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan besar atau LPB
Unsur – unsur yang diperiksa dalam urine :
A. Eritrosit dan Leukosit
Kandungan Eritrosit dan leukosit di dalam sedimen urin mungkin terdapat dalam urin wanita yang haid atau berasal dari saluran kernih. Dalam keadaan normal tidak dijumpai eritrosit dalam sedimen urin, sedangkan leukosit hanya terdapat 0 - 5/LPK dan pada wanita dapat pula karena kontaminasi dari genitalia.
Adanya eritrosit dalam urin disebut hematuria. Hematuria dapat disebabkan oleh perdarahan dalam saluran kemih, seperti infark ginjal, nephrolithiasis, infeksi saluran kemih dan pada penyakit dengan diatesa hemoragik. Terdapatnya leukosit dalam jumlah banyak di urin disebut piuria. Keadaan ini sering dijumpai pada infeksi saluran kemih atau kontaminasi dengan sekret vagina pada penderita dengan fluor albus.
B. Silinder
Silinder adalah endapan protein yang terbentuk di dalam tubulus ginjal, mempunyai matrix berupa glikoprotein (protein Tamm Horsfall) dan kadang-kadang dipermukaannya terdapat leukosit, eritrosit dan epitel. Pembentukan silinder dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain osmolalitas, volume, pH dan adanya glikoprotein yang disekresi oleh tubuli ginjal.
Ada beberapa macam silinder yang berhubungan dengan berat ringannya penyakit ginjal. dalam keadaan normal bisa didapatkan sedikit eritrosit, leukosit dan silinder hialin. Terdapatnya silinder seluler seperti silinder leukosit, silinder eritrosit, silinder epitel dan sunder berbutir selalu menunjukkan penyakit yang serius. Pada pielonefritis dapat dijumpai silinder lekosit dan pada glomerulonefritis akut dapat ditemukan silinder eritrosit. Sedangkan pada penyakit ginjal yang berjalan lanjut didapat silinder berbutir dan silinder lilin.
C. Kristal
Kristal dalam urin tidak ada hubungan langsung dengan batu di dalam saluran kemih. Kristal asam urat, kalsium oksalat, triple fosfat dan bahan amorf merupakan kristal yang sering ditemukan dalam sedimen dan tidak mempunyai arti, karena kristal-kristal itu merupakan hasil metabolisme yang normal. Terdapatnya unsur tersebut tergantung dari jenis makanan, banyak makanan, kecepatan metabolisme dan kepekatan urin. Di samping itu mungkin didapatkan kristal lain yang berasal dari obat-obatan atau kristal-kristal lain seperti kristal tirosin, kristal leucin.
D. Epitel
Merupakan unsur sedimen organik yang dalam keadaan normal didapatkan dalam sedimen urin. Dalam keadaan patologik jumlah epitel ini dapat meningkat, seperti pada infeksi, radang dan batu dalam saluran kemih. Pada sindroma nefrotik di dalam sedimen urin mungkin didapatkan oval fat bodies. Ini merupakan epitel tubuli ginjal yang telah mengalami degenerasi lemak, dapat dilihat dengan memakai zat warna Sudan III/IV atau diperiksa dengan menggunakan mikroskop polarisasi.
BAB III
KIMIA URINE
1. Protein Urine
a) Metode bang
Urine yang di gunakan : urine harus jernih, segar, dan asam.
· Jika urine keruh maka hasil pemeriksaan menjadi positif palsu karena hasil dibaca terhadap kekeruhan yang terjadi.
· Pada urine asa, protein akan mudah mengendap.
· Pada urine basa, protein akan sukar mengendap sehingga hasil pemeriksaan menjadi (-) palsu.
Penyebab positif palsu : terjadi kekeruhan dalam urine negative palsu
Penyebab negative palsu : urine basa, prtein sukar mengendap
b) Metode Ewit’s
Urine yang di gunakan : pada pemeriksaan ini urine harus jernih, segar, dan asam.
· Jika urine keruh maka hasil pemeriksaan menjadi positif palsu karena hasil dibaca terhadap kekeruhan yang terjadi.
· Pada urine asa, protein akan mudah mengendap.
· Pada urine basa, protein akan sukar mengendap sehingga hasil pemeriksaan menjadi (-) palsu.
Penyebab positif palsu : terjadi kekeruhan dalam urine negatif palsu.
Penyebab negative palsu : pemanasan dan pencampuran asam sulfosalisil 20% tidak tercampur secara merata.
c) Metode Purdy’s
Urine yang di gunakan : urine harus jernih, segar, dan asam.
· Jika urine keruh maka hasil pemeriksaan menjadi positif palsu karena hasil dibaca terhadap kekeruhan yang terjadi.
Penyebab positif palsu :
Ø Kekeruhan pada pemberihan asam asetat sebelum pemanasan penyebab : nucleoprotein, mucin.
Ø Kekeruhan pada saat dingin dan hilang pada wakt pemanasan penyebab : proteose dan protein bence jones
Ø Kekeruhan yang larut dengan alcohol penyebab : asam-asam resin
Penyebab negative palsu :
Ø urine encer
Ø pemberian asam asetat berlebih sehingga kekeruhan ringan akan hilang
2. REDUKSI URINE
a. Metode Benedict kualitatif
Urine yang di gunakan : pada pemeriksaan ini urine harus jernih, segar, dan tidak mengandung kadar protein tinggi
Alasan : jika urine lama bakteri akan berkembangbiak sehingga glukosa di rubah menjadi asam pirufat dan asam laktat, jika urine keruh akan mengacaukan hasil pemeriksaan, jika protein tinggi akan mereduksi.
Penyebab positif palsu :
Ø Reagen kurang
Ø Pemanasan lebih dari 2 menit
Penyebab negative palsu :
Ø Reagen berlebih
Ø Pemanasan kurang dari 5 menit
b. Metde Fehling
Urine yang di gunakan : pada pemeriksaan ini urine harus jernih, segar, dan tidak mengandung kadar protein tinggi
Alasan : jika urine lama bakteri akan berkembangbiak sehingga glukosa di rubah menjadi asam pirufat dan asam laktat, jika urine keruh akan mengacaukan hasil pemeriksaan, jika protein tinggi akan mereduksi.
Penyebab positif palsu :
Ø Terdapat zat salisilat
Ø Formalin
Ø Glukoronat
Ø Protein
Ø Streptomisin
Ø Vitamin c
Ø Kreatinin dan urat
Ø Asam homogenentisat
Penyebab negatif palsu :
Ø Urine encer
Ø Terjadi ISK (infeksi saluran kemih) karena bakteri yang ada dalam kandung kemih merubah glukosa menjadi asam piruvat dan asam laktat terjadi proses glikolisis
Ø Terdapat sel-sel ragi, sel ragi megurai glukosa menjadi alcohol + CO2
Ø Pada orang tua lebih dari 50 tahun karena glomerulus menebal dan menyempit dan daya reabsorbsi tubulus ginjal meningkat.
3. UROBILINOGEN
Syarat sampel :
o Urine segar : urobilinogen belum teroksidasi menjadi urobilin
o Urine dengan pengawet Na2CO3
o Urine segar yang diekskresikan sore hari
Ø Penyebab positive palsu
o Porfobilinogen.
o 5,6 Hidroksi Idol.
o Indoxil dan skatoxil sulfat (indikan).
o 5,HIAA (Hidroxi Indol Asetic Asid).
Ø Penyebab negative palsu
o Procain.
o Solfonamida.
o Formalin sebagai inhibitor (penghambat reaksi).
o Bilirubin (senyawa hijau).
o Infeksi saluran kemih.
o Urine lama : urobilinogen sudah teroksidasi menjadi urobilin sehingga urobilin tidak dapat bereaksi dengan reagen erlich.
4. UROBILIN
Syarat sampel :
o Urine segar ( urobilinogen belum teroksidasi sehingga perlu dilakukan oksidasi untuk mengubah urobilinogen menjjadi urobilin )
o Urine lama lebih bermakna (dengan asumsi semua urobilinogen yang terkandung didalamnya sudah teroksidasi menjadi urobilin).
Ø Penyebab positif palsu:
o Riboflavin.
o Mercuruchrom.
o Erytrosin.
o Eosin fluorescein acryflavin.
Ø Penyebab negative palsu:
o Tymol (pengawet).
o Bilirubin (dapat dihilangkan Ca (OH) 2 padat seperti pemeriksaan urobilinogen.
5. PEMERIKSAAN KETON URINE
Syarat sampel :
o Urine Sewaktu
o Urine Segar ( menggunakan urine segar dan urine sewaktu karena di asumsikan benda keton dalam urine belum menguap, dikarenakan bendaketon dalam urine mudah menguap ).
Ø Penyebab hasil positive palsu
o Fenol.
o Salisiat-salisiat.
o Antipyrin.
o Natrium carbonat.
o Diet rendah lemak atau tinggi karbohidrat (Badan keton diproduksi ketika karbohidrat tidak dapat digunakan untuk menghasilkan energy )
o Anak penderita diabetes cenderung mengalami ketonuria daripada penderita dewasa.
Ø Penyebab negative palsu:
o fenil alanine yang memberikan warna hijau (tapi zat ini jarang ada).
o Urin disimpan pada temperature ruangan dalam waktu yang lama ( keton menguap )
o Adanya bakteri dalam urin dapat menyebabkan kehilangan asam asetoasetat
6. BILIRUBIN URINE
Syarat sampel :
o Urine segar karena pada urine segar bilirubin belum teroksidasi menjadi biliverdin.
Ø Uji ROSIN
o Hasil negatif palsu terjadi bila urin mengandung banyak asam askorbat (vitamin C), kadar nitrit dalam urine meningkat, asam urat tinggi, serta bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat spesimen urin terpajan sinar matahari (ultraviolet) langsung.
o Hasil positif palsu dapat dijumpai pada pemakaian obat yang menyebabkan urine menjadi berwarna merah (Fenotiazin – klorpromazin (Thorazine), asetofenazin (Tindal), klorprotiksen (Taractan), fenazopiridin (Pyridium), klorzoksazon (Paraflex).
Ø FOAM TEST
Penyebab positif palsu :
o Konsentrasi urabilin.
o Obat-obatan (Acriflavine dan Pyridium).
Penyebab negative palsu : tidak ada
Ø HORISON
o Reaksi negative palsu terjadi bila bilirubin teroksidasi menjadi biliverdin akibat penundaan pemeriksaan.
o Reaksi positif palsu oleh adanya metabolit aspirin, urobilin atau indikan, urobilinogen.
7. PEMERIKSAAN KALSIUM URINE
Syarat sampel :
o Sampel urine 24 jam, karena mencerminkan jumla Ca dalam tubuh
o Diawetkan dengan H2SO4 untuk memberikan suasana asam.
Ø Penyebab positif palsu :
o Meningkatnya penyerapan pada saluran pencernaan
o Makan makanan yang banyak mengandung kalsium ( asupan kalsium berlebih )
o Terlalu banyak vitamin D ( karena vitamin D mempengaruhi konsentrasi kalsium dalam darah, yaitu meningkatkan penyerapan kalsium pada saluran pencernaan )
o Hiperparatiroidime
o Urine yang keruh dari awal ( pemeriksaan kalsium metode sulkowtch diperiksa pada kekeruhan yang terjadi
Ø Penyebab negative palsu
o Kualitas reagen yang menurun
o Kekurangan vitamin D
o Kadar albumin yang rendah.
8. Pemeriksaan KLORIDA pada urine Metode Fantus
Syarat sampel :
o Menggunakan sampel urine 24 jam
pemeriksaan chlorida merupakan pemeriksaan kuantitatif, jadi besar kecilnya pipet yang digunakan mempengaruhi hasil pemeriksaan.
9. Pemeriksaan NITRIT
Syarat sampel :
o Urine pagi ( karena di asumsikan urin telah berada dalam buli-buli ( kandung kemih ) minimal 4 jam, sehingga telah terjadi perubahan nitrat menjadi nitrit oleh bakteri. Urin yang terkumpul dalam buli-buli kurang dari 4 jam akan memberikan Hasil positif pada 40% kasus.)
Ø Hasil positive palsu :
o Sampel urine lama ( adanya kontaminasi bakteri dari luar dan mereduksi nitrat menjadi nitrit )
o Obat- obatan seperti phenazopyridine
Ø Hasil negative Palsu
o vitamin C melebihi 25 mg/dl
o konsentrasi ion nitrat dalam urin kurang dari 0,03 mg/dl.
o Polakisuria
o Urine encer
o Ph kurang dari 6
v Macam – macam sampel urine
o Urin sewaktu
o Urin pagi
o Urin puasa
o Urin 24 jam
o Urin post prandial
o Urin tes toleransi glukosa
o Urin kateter
o Urine 3 gelas
v Syarat penampung Urine
o Berdinding kuat dan kedap air
o Bersih
o Kering
o Bertutup
o Steril bila dipakai untuk biakan & pemeriksaan bakteriologi
o Bermulut lebar
0 komentar:
Posting Komentar